Kisah di Balik Lentera yang Redup
Hujan menggigil membasahi Desa Lembah Sunyi. Butir-butir air itu menari-nari di atas atap rumah bambu, menciptakan melodi sendu yang menyayat hati. Di beranda, Xiao Mei berdiri mematung, matanya nanar menatap ke arah dua gundukan tanah yang berjajar di kejauhan. Dua makam. Dua RAHASIA.
Dulu, Lembah Sunyi adalah saksi bisu cinta yang membara antara Xiao Mei dan Li Wei. Cinta mereka sehangat mentari pagi, seharum bunga plum di musim semi. Namun, badai pengkhianatan datang menghantam. Li Wei, yang dijanjikan untuk Xiao Mei, menikahi putri seorang saudagar kaya demi ambisi dan kekuasaan.
Xiao Mei ditinggalkan, hatinya hancur berkeping-keping. Bayangannya patah, tercermin dalam genangan air hujan di halaman. Setiap malam, ia menyalakan lentera di beranda, berharap Li Wei melihatnya dan mengingat janji mereka. Tapi lentera itu kini redup, cahayanya nyaris padam, sama seperti harapan di hatinya.
Bertahun-tahun berlalu. Li Wei kembali ke Lembah Sunyi, wajahnya keriput, sorot matanya kehilangan kilau. Ia menemui Xiao Mei, memohon ampunan. "Xiao Mei, aku menyesal. Aku tahu aku telah menghancurkan hidupmu..."
Xiao Mei menatapnya dengan tatapan dingin. "Penyesalanmu tak akan mengembalikan apa yang telah kau ambil," jawabnya dengan suara lirih namun menusuk.
Mereka duduk berdua di bawah bayangan pohon tua yang dulu menjadi tempat pertemuan rahasia mereka. Hujan semakin deras, seolah alam pun menangisi kisah cinta yang telah mati.
"Kau tahu, Li Wei," Xiao Mei melanjutkan, suaranya bergetar seperti daun yang tertiup angin, "aku tidak pernah benar-benar melupakanmu. Aku hanya... belajar membencimu."
Li Wei terdiam. Ia tahu ia pantas menerima kebencian itu.
Xiao Mei lalu tersenyum getir. Senyuman yang tak sampai ke matanya. "Kau tahu mengapa aku masih tinggal di sini, Li Wei? Mengapa aku tidak pergi mencari kehidupan baru?"
Li Wei menggeleng.
Xiao Mei mendekatkan wajahnya ke wajah Li Wei. "Karena aku ingin melihatmu menderita setiap hari," bisiknya. "Aku ingin kau merasakan sakit yang aku rasakan selama ini. Aku ingin kau tahu bagaimana rasanya kehilangan segalanya."
Li Wei menatapnya dengan ngeri. Ia baru menyadari, di balik mata teduh Xiao Mei, tersembunyi sebuah rencana BALAS DENDAM yang sangat dingin dan terencana.
Xiao Mei berdiri. "Dua makam itu, Li Wei... salah satunya adalah milik istrimu. Dan yang satunya lagi..." Ia berhenti, menatap Li Wei dengan tatapan penuh kemenangan.
"...adalah untukmu, sayang. Tapi bukan kematian fisik yang kuinginkan. Aku ingin kau hidup dalam penyesalan dan kesepian sampai akhir hayatmu."
Li Wei jatuh berlutut, air mata bercampur dengan air hujan. Ia tahu, ia telah kalah. Kalah oleh cinta yang telah ia hancurkan sendiri.
Xiao Mei berbalik, meninggalkan Li Wei yang meratap di bawah hujan. Ia berjalan menuju gundukan tanah yang basah, hatinya hampa.
Tiba-tiba, kilatan petir menyambar, menerangi dua makam itu. Terlihat jelas, ada dua buah batu nisan yang terukir dengan nama... LI WEI.
Siapa sebenarnya Li Wei yang berdiri di hadapan Xiao Mei, dan mengapa namanya tertulis di dua makam itu?
You Might Also Like: Unlock Treasure Trove Of Knowledge From