Drama Seru: Aku Menatap Lukisanmu, Dan Warna Darahnya Masih Baru



Di tengah hiruk pikuk Kota Chang'an, di antara lentera-lentera kertas yang menari lembut di atas air Sungai Wei, aku, Li Wei, hanyalah seorang sarjana miskin. Atau begitulah yang kukira. Kehidupanku yang monoton berubah drastis ketika aku menemukan sebuah lukisan kuno di sebuah toko barang antik yang remang-remang. Lukisan itu menggambarkan seorang wanita berpakaian merah darah, menatapku dengan mata yang menyimpan lautan kesedihan. Di sekelilingnya, bukan bunga atau bebatuan, melainkan BAYANGAN yang berbisik.

Sejak malam itu, mimpiku dipenuhi dunia lain. Sebuah dunia roh, Yin Yang Jie, di mana pohon-pohon arwah menjulang tinggi, dan bulan yang bulat MENGINGAT namaku. Di sana, aku adalah Pangeran Yin, seorang penguasa yang dikutuk karena cinta terlarang. Bayangan di lukisan itu, ternyata adalah Ling, Roh Penjagaku, yang selalu hadir namun tak pernah tersentuh.

Dunia roh terasa lebih nyata daripada dunia manusia. Aku merasakan angin dingin Yin Yang Jie menusuk tulang, mendengar bisikan roh-roh gentayangan yang merindukan kedamaian, dan melihat Ling yang selalu melindungiku dari bahaya. Dalam mimpiku, aku berlatih ilmu sihir kuno, bertempur melawan iblis yang haus darah, dan belajar tentang takdir yang rumit yang mengikatku dengan Yin Yang Jie.

Namun, mimpi itu terasa seperti DEJA VU yang mengerikan. Ling memberitahuku bahwa kematianku di dunia manusia bukanlah akhir, melainkan awal dari takdirku sebagai Pangeran Yin. Kematianku adalah PENGKHIANATAN, bukan kecelakaan. Seseorang menginginkanku mati, baik di dunia manusia maupun di dunia roh.

Aku mulai menyelidiki lukisan itu, mencari petunjuk tentang masa laluku di dunia manusia. Aku bertemu dengan seorang biksu tua yang buta, yang berkata, "Warna darah di lukisan itu masih baru, Li Wei. Ada dendam yang belum terbalaskan. Bulan tahu siapa yang mencintai, dan siapa yang memanipulasi takdir."

Biksu itu memberiku jimat kuno, yang memungkinkanku untuk melihat sekilas masa laluku. Aku melihat diriku, Li Wei si sarjana, dibunuh oleh seseorang yang mengenakan jubah sutra biru. Dia adalah sahabatku, Zhang Wei, seorang pejabat tinggi yang diam-diam mencintai Mei Lan, wanita yang menjadi fokus perhatianku.

Di Yin Yang Jie, Ling mengungkapkan bahwa Zhang Wei juga memiliki hubungan dengan iblis. Dia telah membuat perjanjian gelap untuk mendapatkan kekuatan dan membalas dendam. Lukisan itu, kata Ling, adalah jembatan antara dunia manusia dan dunia roh, sebuah jebakan yang dirancang untuk menjebakku.

Pertempuran terakhir terjadi di bawah cahaya bulan yang pucat di Yin Yang Jie. Aku, dengan bantuan Ling, menghadapi Zhang Wei yang telah berubah menjadi iblis. Pertarungan itu sengit, diwarnai dengan sihir kuno dan pedang berlumuran darah. Akhirnya, aku berhasil mengalahkan Zhang Wei, membebaskan jiwanya dari cengkeraman iblis.

Namun, kemenangan itu pahit. Aku menyadari bahwa Ling juga menyembunyikan sesuatu. Dia telah menggunakan lukisan itu untuk menghubungiku, bukan hanya untuk melindungiku, tetapi juga untuk mengikatku dengan Yin Yang Jie. Cintanya padaku bukanlah tanpa syarat. Dia membutuhkan Pangeran Yin untuk menjaga keseimbangan antara dunia roh dan dunia manusia.

Siapa sebenarnya yang mencintai, dan siapa yang memanipulasi takdir? Aku tidak tahu pasti. Yang kutahu hanyalah bahwa takdirku telah diukir dalam lukisan itu, dan warna darahnya akan selalu mengingatkanku pada pengorbanan dan pengkhianatan.

Dan di detik terakhir, Ling berbisik, "Setiap tetes air mata yang jatuh, adalah bintang yang padam..."

You Might Also Like: 175 Manfaat Moisturizer Dengan Sodium

Post a Comment

Previous Post Next Post