Judul: Kau Melangkah Menjauh dari Sekte, dan Aku Tinggal Menatap Punggungmu dengan Bangga Sekaligus Hancur
Latar: Istana Kekaisaran Dinasti Ming, era kekuasaan Kaisar Yongle.
Suasana:
Aula Keemasan menjulang tinggi, tiang-tiang lakuer merah menjulang bagai raksasa membisu. Aroma dupa cendana bercampur dengan bau apek tinta dan parfum mahal, menciptakan aroma khas kekuasaan yang memabukkan sekaligus menyesakkan. Di bawah sorot lampu kristal yang gemerlapan, para pejabat istana berdiri dengan tegak, wajah mereka terpahat dalam ekspresi tanpa emosi. Namun, di balik tatapan tajam itu, intrik dan ambisi membara-bara. Bisikan pengkhianatan merayap di balik tirai sutra, janji palsu diucapkan dengan senyum manis, dan rahasia tersembunyi di balik setiap senyuman. Angin musim gugur yang berhembus melalui taman istana membawa serta aroma melankolis dan bayangan kematian.
Tokoh:
- Li Wei: Seorang putra mahkota yang cerdas dan ambisius. Ia memiliki aura kharismatik yang memikat, namun hatinya dipenuhi perhitungan. Ia mencintai Bai Lian, tapi kekuasaan adalah obsesi terbesarnya.
- Bai Lian: Seorang selir kesayangan kaisar. Ia cantik, cerdas, dan memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa. Ia mencintai Li Wei, tetapi ia tahu bahwa cinta mereka adalah racun dalam permainan takhta. Ia berasal dari Sekte Teratai Putih, sebuah organisasi rahasia yang sangat dihormati dan ditakuti.
Plot:
Bai Lian memasuki istana bukan karena takdir, melainkan karena perintah. Ia adalah bidak dalam permainan politik yang berbahaya, di mana setiap langkah bisa berarti hidup dan mati. Ia jatuh cinta pada Li Wei, sang putra mahkota, dan Li Wei pun membalas cintanya. Namun, cinta mereka adalah jalinan rumit antara kebahagiaan dan penderitaan.
"Wei-ge," bisik Bai Lian suatu malam, di bawah rembulan yang pucat. "Jangan percaya pada siapa pun di istana ini. SEMUA orang punya motif tersembunyi."
Li Wei menggenggam tangannya erat. "Aku hanya percaya padamu, Lian-er."
Namun, kepercayaan adalah barang langka di istana. Para pejabat istana memandang Bai Lian dengan curiga, membisikkan tentang asal usulnya dari sekte sesat. Beberapa di antaranya bahkan berencana untuk menyingkirkannya, menganggapnya sebagai ancaman bagi kekuasaan Li Wei.
Li Wei, yang terjebak antara cinta dan ambisi, mulai meragukan Bai Lian. Ia dipengaruhi oleh para penasihatnya yang menasihatinya untuk menjauh dari Bai Lian, demi menjaga nama baik dan kekuasaannya.
Pada suatu malam yang kelam, Li Wei memberikan Bai Lian pilihan yang menghancurkan. "Tinggalkan sekte Teratai Putih, atau tinggalkan aku."
Bai Lian menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Ia tahu bahwa pilihan ini bukan hanya tentang cinta mereka, tetapi juga tentang keselamatan orang-orang yang ia cintai di luar tembok istana.
Dengan berat hati, Bai Lian memilih sektenya. Ia tahu bahwa dengan meninggalkan istana, ia akan meninggalkan Li Wei, cinta sejatinya. Namun, ia juga tahu bahwa inilah satu-satunya cara untuk melindungi orang-orang yang ia sayangi.
Di hari kepergiannya, Bai Lian mengenakan gaun putih polos. Ia berdiri di gerbang istana, menatap Li Wei yang berdiri di kejauhan. Tanpa sepatah kata pun, ia berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Li Wei yang hanya bisa menatap punggungnya dengan bangga sekaligus hancur.
Beberapa tahun kemudian, Li Wei berhasil naik takhta menjadi kaisar. Ia berkuasa dengan tangan besi, menekan semua pemberontakan dan memperluas wilayah kekaisaran. Namun, di dalam hatinya, ia tetap merindukan Bai Lian.
Suatu hari, seorang utusan datang ke istana, membawa sebuah gulungan surat. Gulungan itu disegel dengan lambang Teratai Putih. Li Wei membuka gulungan itu dengan tangan gemetar. Di dalamnya, tertulis sebuah pesan singkat:
"Kau menghancurkanku, Wei-ge. Sekarang, giliranmu."
Balas Dendam yang Elegan:
Balas dendam Bai Lian tidak datang dengan teriakan dan pedang, melainkan dengan keanggunan dan ketenangan. Ia mengumpulkan kekuatan dan pengaruh di luar istana, menyebarkan bibit pemberontakan di antara rakyat jelata yang tertindas. Ia menggunakan pengetahuannya tentang intrik istana untuk memanipulasi musuh-musuh Li Wei, menjatuhkan mereka satu per satu.
Puncaknya adalah ketika sebuah pemberontakan besar meletus di seluruh penjuru kekaisaran. Pemberontakan itu dipimpin oleh orang-orang yang setia kepada Sekte Teratai Putih. Li Wei, yang merasa dikhianati dan terkejut, menghadapi kenyataan bahwa ia telah menciptakan musuh yang lebih kuat dari yang ia bayangkan.
Di tengah kekacauan itu, Bai Lian muncul kembali di hadapan Li Wei. Ia berdiri di hadapannya dengan tenang, senyum tipis bermain di bibirnya.
"Kau pikir aku lemah, Wei-ge?" katanya dengan suara dingin seperti es. "Kau salah. Aku hanya menunggu waktu yang tepat."
Akhir:
Dan di sana, di atas tumpukan abu kekaisaran yang terbakar, senyum Bai Lian memudar, digantikan oleh pandangan baru, dan di sana sejarah baru saja menulis ulang dirinya sendiri...
You Might Also Like: Jual Skincare Anti Jerawat Dan Anti