Drama Seru: Air Mata Yang Tak Sempat Jadi Pengampunan



Air Mata yang Tak Sempat Jadi Pengampunan

Hujan gerimis membasahi kota Shanghai, serupa dengan air mata yang diam-diam mengalir di pipi Aileen. Gaun sutra berwarna midnight blue membalut tubuhnya dengan elegan, menutupi kerapuhan yang menggerogoti hatinya. Di balik senyum yang selalu menghiasi bibirnya, tersimpan luka yang dalam, luka yang diukir oleh seseorang yang dulu begitu dicintainya: Ren.

Ren, dengan tatapan teduh dan janji setianya, pernah menjadi dunianya. Namun, dunia itu runtuh saat Aileen menemukan surat-surat cinta yang disembunyikan di laci mejanya. Surat-surat itu, ditulis dengan tinta emas, ditujukan kepada seorang wanita bernama Mei.

Setiap barisnya bagai belati yang menusuk jantung Aileen. Janji-janji manis yang dulu terucap padanya, kini hanyalah lelucon kejam. Pelukan hangat yang dulu terasa begitu aman, kini terasa beracun. Senyumnya, yang dulu dianggapnya tulus, kini hanyalah topeng yang menipu.

Aileen tidak menangis meraung-raung. Ia tidak berteriak marah. Ia hanya merasa kosong. Kehilangan ini terasa begitu pahit, seperti anggur merah terbaik yang berubah menjadi cuka asam di lidahnya.

Ia memilih diam. Memilih menyembunyikan lukanya di balik aura elegan dan ketenangannya. Ia belajar berdansa dengan kesedihan, mengubahnya menjadi kekuatan yang membara di dalam dirinya.

Beberapa bulan kemudian, Ren menemukannya di sebuah acara amal. Ia terkejut melihat Aileen begitu bersinar, begitu anggun, seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka. Ren mencoba meraih tangannya, mencoba meminta maaf.

"Aileen, aku..."

Aileen mengangkat tangannya, menghentikan Ren berbicara. Tatapannya dingin, sedingin es di puncak gunung.

"Tidak perlu, Ren," ucapnya lembut, namun menusuk. "Aku sudah memaafkanmu."

Ren menghela napas lega. Ia pikir, mungkin masih ada harapan.

"Tapi, maafku ini..." Aileen tersenyum tipis, senyum yang tidak mencapai matanya, "...bukan untuk mengampuni, melainkan untuk menyaksikan penyesalanmu."

Aileen kemudian berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan Ren terpaku di tempatnya. Ia tahu, balas dendamnya bukan darah dan air mata, melainkan kenangan yang akan menghantuinya selamanya. Kenangan tentang cinta yang ia sia-siakan, tentang wanita yang ia khianati, tentang penyesalan abadi yang akan menjadi teman setianya.

Aileen menatap langit Shanghai yang mulai cerah. Di hatinya, ada perasaan aneh. Ada rasa puas, tapi juga rasa sakit. Rasa pahit, tapi juga rasa manis. Balas dendam ini, ternyata, tidak seindah yang ia bayangkan.

Langkahnya semakin cepat, menjauhi Ren dan masa lalunya. Ia tahu, ia harus melanjutkan hidup. Ia harus belajar mencintai dirinya sendiri. Ia harus membuktikan bahwa ia lebih kuat dari luka yang pernah ia rasakan.

Dan di malam itu, di bawah gemerlap lampu kota, Aileen menyadari sesuatu yang mengejutkan: CINTA DAN DENDAM LAHIR DARI TEMPAT YANG SAMA.

You Might Also Like: Meet Diane L Shiffer Real Estate Guru

Post a Comment

Previous Post Next Post