Drama Baru! Aku Menangis Saat Mendengar Namamu Di Tubuh Lain




Aku Menangis Saat Mendengar Namamu di Tubuh Lain

Senja merambat di Pagoda Jing'an, mewarnai langit dengan gradasi ungu dan jingga, serupa kenangan yang perlahan memudar. Aroma teh melati dan dupa, bercampur jadi satu, menusuk kalbuku yang lara. Di sana, di tengah keramaian yang terasa asing, aku berdiri. Hati ini… serasa dicabik ribuan jarum es.

Lukisan Shan Shui di hadapanku, dengan gunung-gunung berkabut dan sungai-sungai yang berliku, seolah mencerminkan labirin perasaanku. Dulu, kau di sini. Tanganmu menggenggam tanganku, hangat dan erat, menunjuk pada seekor burung bangau yang terbang tinggi. "Lihatlah, Mei Hua," bisikmu, "Ia bebas. Seperti cintaku padamu."

Kini, burung bangau itu telah lama terbang. Dan cinta itu, tinggal nama yang terukir di hatiku, sebuah elegi abadi.

Aku melihatnya. Sosok itu, berdiri di kejauhan, di bawah lampion merah yang bergoyang lembut. Posturnya, caranya berdiri, bahkan cara ia membenarkan kerah jubahnya… semuanya familiar. Tapi, ada yang berbeda. Matanya, meski serupa mata phoenix yang dulu membuatku jatuh cinta, memancarkan kehangatan yang bukan untukku.

Ia tersenyum. Senyum yang dulu hanya untukku. Senyum yang kini, dipersembahkan untuk wanita di sampingnya.

Kemudian, wanita itu berbicara. Suaranya, merdu dan lembut, memanggil namanya.

"Ling Feng..."

Duniaku runtuh.

Ling Feng. Namamu. Nama yang kuukir di setiap sudut hatiku, nama yang kurapal dalam setiap doaku, nama yang kuharap akan selalu menjadi milikku.

Tapi, suara itu… bukan aku. Nama itu… diucapkan oleh bibir lain. Di tubuh lain.

Air mata mengalir tanpa bisa kutahan. Seperti air terjun yang jatuh dari tebing terjal, air mata itu menghanyutkan segala pertahananku. Aku menangis. Bukan karena kehilanganmu, tapi karena mendengar namamu, nama yang sakral bagiku, diucapkan dengan begitu santai, begitu biasa, oleh orang lain.

Selama ini, aku hidup dalam ilusi, dalam mimpi yang kubangun sendiri. Aku percaya, cintamu hanya untukku, abadi dan tak tergantikan. Aku menggenggam erat kenangan kita, menjadikannya benteng dari kenyataan pahit.

Tapi, kenyataan itu kini menampar wajahku dengan keras. Ling Feng yang kucintai, Ling Feng yang ada dalam lukisan hatiku, ternyata… hanya ada di dimensi waktu yang berbeda. Ling Feng yang berdiri di bawah lampion merah itu, adalah orang lain. Versi lain dari dirimu yang tidak pernah menjadi milikku.

Pengungkapan:

Aku menatap wanita itu. Senyumnya tulus, matanya berbinar. Kemudian, aku melihat kalung di lehernya. Sebuah liontin berbentuk bunga Mei Hua. Bunga plum. Bunga yang menjadi nama panggilanku.

Itulah aku.

Aku menyadari semuanya. Aku melihat diriku di tubuh wanita itu. Aku melihat diriku, bahagia bersamamu, di dunia lain. Sebuah dunia di mana aku, Mei Hua, adalah pemilik hatimu. Sebuah dunia di mana mimpi-mimpi kita terwujud.

Tapi, pengungkapan ini… justru membuat lukaku semakin dalam. Keindahan mimpi itu, kini menjadi pisau yang mengiris hatiku.

Sebab, di dunia ini… di dimensi ini… aku hanya bisa menjadi penonton, menyaksikan kebahagiaan yang seharusnya menjadi milikku.

Apakah kau juga merasakannya, Ling Feng?

You Might Also Like: 0895403292432 Distributor Skincare

Post a Comment

Previous Post Next Post