Absurd tapi Seru: Tangisan Yang Menjadi Nafas Kemenangan



Hujan kota Jakarta malam itu seperti air mata. Deras, tak terkendali, menutupi kaca jendela apartemen Anya. Aroma kopi yang pahit, senada dengan suasana hatinya, memenuhi ruangan. Di layar ponselnya, sisa-sisa chat yang tak terkirim menumpuk, menjadi saksi bisu percakapan yang terputus dengan Arga.

Anya dan Arga. Cinta mereka lahir di antara notifikasi, dimulai dari komentar iseng di unggahan Instagram seorang teman. Lalu, obrolan panjang hingga dini hari, berbagi mimpi, ketakutan, dan kenangan yang terasa begitu nyata. Mereka merajut dunia maya menjadi dunia nyata, menemukan kenyamanan di antara hiruk pikuk kota yang tak pernah tidur.

Namun, seperti kebanyakan kisah cinta modern, kebahagiaan itu rapuh. Perlahan, Arga menjauh. Alasannya samar, dibungkus dengan kesibukan kerja dan pertemuan-pertemuan penting. Anya merasakan kehilangan yang aneh, seperti ada yang hilang dari dalam dirinya, bukan hanya sekadar ketiadaan Arga. Ada misteri yang menyelimuti hubungan mereka, rahasia yang Arga simpan rapat-rapat.

Anya mencoba mencari tahu. Menjelajahi setiap timeline media sosial Arga, mencari petunjuk di antara foto-foto dan caption. Tapi, yang ia temukan hanyalah kekosongan yang lebih dalam. Arga seperti menghilang dari radar, meninggalkan Anya dalam labirin pertanyaan tak terjawab.

Suatu malam, saat hujan kembali mengguyur kota dengan lebih deras, Anya menemukan sebuah email dari Arga. Subjeknya hanya satu kata: MAAF. Isi email itu singkat, padat, dan menyakitkan. Arga mengakui bahwa ia dijodohkan dengan wanita lain sejak lama, sebuah tradisi keluarga yang tak bisa ia langgar.

Dunia Anya runtuh. Pengkhianatan itu terasa lebih perih dari sekadar patah hati. Arga merampas bukan hanya cintanya, tapi juga kepercayaannya. Selama ini, ia dibutakan oleh cinta, tak menyadari bahwa ia hanya menjadi bagian dari sebuah drama yang sudah diatur.

Anya bangkit. Tangisannya bukan lagi ratapan, tapi nafsu untuk menang. Ia tidak akan membiarkan dirinya terpuruk. Ia akan membuktikan bahwa ia lebih kuat dari rasa sakit yang Arga torehkan.

Beberapa bulan kemudian, Anya berdiri di atas panggung sebuah acara penghargaan bisnis. Ia baru saja memenangkan penghargaan sebagai pengusaha muda paling sukses. Di antara para tamu undangan, ia melihat Arga. Mata mereka bertemu. Arga tampak menyesal, wajahnya pucat pasi.

Anya tersenyum. Bukan senyum kemenangan yang sombong, tapi senyum keikhlasan. Ia mengangkat gelas anggurnya, menatap Arga sekali lagi, lalu berbalik dan melangkah pergi.

Beberapa saat kemudian, Arga menerima pesan singkat di ponselnya. Pengirimnya adalah Anya. Pesan itu hanya berisi satu foto: Foto mereka berdua saat masih bahagia, saat cinta mereka masih terasa seperti dunia. Di bawah foto itu, Anya menulis:

"Terima kasih untuk kenangannya. Aku akan menyimpannya sebagai pelajaran berharga."

Tidak ada lagi yang perlu dikatakan. Anya sudah menutup lembaran itu, meninggalkan Arga dengan penyesalannya dan pertanyaan-pertanyaan yang tak akan pernah terjawab. Arga hanya bisa menatap layar ponselnya, merasa kosong.

Angin malam berhembus, membawa serta sisa-sisa aroma kopi dan janji yang tak pernah ditepati.

You Might Also Like: 0895403292432 Cari Skincare Aman Ini

Post a Comment

Previous Post Next Post